Adhisthana-Net :
Mengapa Chrisye dan Erwin mau berpartisipasi dalam acara Peringatan 2
Tahun Tragedi 12 Mei malam ini?
Chrisye :
Saya merasa bersimpati terhadap apa yang menimpa ke-4 mahasiswa Usakti 2
tahun yang lalu dan juga terhadap keluarga korban. Dan sebagai artis/
seniman, saya piker inilah hal yang nyata yang bisa saya lakukan, lewat
musik saya nyatakan keprihatinan saya terhadap apa yang sebenarnya
sedang menimpa negara dan bangsa kita sekarang ini. (Chrisye pun
menyatakan simpati yang sedalam-dalamnya pada keluarga korban, yang
kebetulan ayah dari Elang salah satu korban tragedy 12 Mei merupakan
teman Chrisye).
Erwin :
Saya, seperti halnya Chrisye, sebagai orang yang bergerak dibidang musik
berharap bisa memberikan sumbangsih kita dan pernyataan simpati kita
lewat musik. Di luar itu, saya hanya orang awam, yang kurang mengerti
politik dan bagaiman situasi yang terjadi sejak 2 tahun yang lalu secara
detail, jadinya yang bisa kita jadikan media untuk menyampaikan
keprihatinan kita hanyalah melalui musik.
A-Net :
Bagaimana dari diri Chrisye dan Erwin secara pribadi? Adakah sesuatu
yang menyebabkan Chrisye dan Erwin mau berpartisipasi?
Chrisye :
Saya piker kita sebagai manusia harus melihat dulu kedalam diri
masing-masing. Maksudnya ya, coba kita renungkan, kita pikirkan kembali
tentang apa yang telah kita perbuat. Apa dampaknya bagi orang lain dan
khusunya terhadap diri kita, kita sebagai uamt beragama harus sadar
bahwa amal perbuatan kita pasti ada balasannya. Kalau kita lolos dari
balasan di dunia pasti sudah menunggu di akhirat balasan untuk segala
amal perbuatan kita.
A-Net :
Jadi Chrisye kepingin, ya, istilahnya mengingatakan pihak-pihak yang
terkait dalam Tragedi 12 Mei’98 tentang hal itu?
Chrisye :
Ya, begitulah. Tapi sekali lagi, lewat cara saya, yaitu dengan musik.
A-Net :
Bagaimana dengan Erwin?
Erwin :
Saya pernah lho jadi mahasiswa(Erwin Gutawa kuliah di Jurusan Arsitektur
UI angkatan ’81 dan lulus th.’86.—Red), jadi saya bisa merasakan
seperti apa sih perasaan kalian-kalian sekarang ini, saya juga mengerti
apa yang kalian pikirkan tentang masalah ini. Saya pikir Chrisye pasti
sependapat dengan saya bahwa kebenaran bagimana pun harus ditegakkan.
Chrisye :
Ya, dan kita juga berharap bahwa kita bisa mewakili rekan-rekan
seprofesi dalam menyampaikan rasa peduli kita dengan cara kita sendiri.
Selalu dari itu, secara pribadi saya dan Erwin hanya bisa memberikan
dukungan moral serta do’a. Mengenai dukungan dengan cara lain, saya
rasa bisa dilakukan oleh orang lain sesuai dengan porsinya masing-masing.
Di bidang politik ada kok orangnya, begitu pula di bidang ekonomi,
hokum, dan yang lain. Sementara itu saya dan Erwin porsinya yang memang
ada di bidang musik.
A-Net :
Lalu, bagaimana tanggapannya mengenai pengusutan tragedy ini yang tak
kunjung selesai?
Chrisye :
Pada prinsipnya kebenaran itu harus dicari dan ditegakkan karena yang
terjadi pada 12 Mei 1998 (tertembaknya 4 mahasiswa Usakti.—Red),
bukanlah sesuatu yang normal bahkan tidak wajar.
A-Net :
Tetapi kan siang tadi Bpk. Tobby Muthis, rector Usakti, sempat
menyatakan bahwa kejadian 12 Mei 1998 merupakan sesuatuyang harus
diikhlaskan bukannya dituntut. Bagaiman menurut pandangannya?
Chrisye :
Yang diikhlaskan adalah yang sudah terjadi. Tapi yang jelas, segala
sesuatu pasti ada penyebabnya yang jelas dan rasional. Yang harus
ditegakkan itu justru kebenaran yang pasti ada pada penyebab kejadian
tersebut, yang justru harus berani untuk dipertanggungjawabkan kepada
Yang Di Atas. Itu memang yang harus dituntut. Bukan kejadiannya yang
dituntut. Kalau kejadiannya, saya yakin pasti sudah ditakdirkan oleh
Tuhan YME, tapi pasti kan ada sebabnya. Kita kan disini bukan menuntut
kejadiannya tapi penyebabnya. Apa sebabnya, siapa, bagaiman, disitu
justru letaknya tuntutannya.
A-Net :
Berkenaan dengan penyelenggaraan acara Peringatan 2 Tahun Tragedi 12 Mei
ini, mungkin sebagian orang akan menanggapi acara ini sebagai suatu
"perayaan", melihat dari performance-nya, bukan sebagai "peringatan".
Bagaiman menurut pendapat Chrisye dan Erwin?
Chrisye :
Sebenarnya orang kan bebas berpendapat dan saya yakin pasti ada
orang-orang yang melihat apa yang sedang berlangsung sekarang ini sebagi
suatu bentuk kemewahan yang rasanya kok kurang pantas ya. Wong, ada
kejadian tragis kok malah dirayaka sih? Pasti pertanyaan semacam itu
muncul. Tapi kalau menurut pendapat saya, acara semacam ini sih harus
dilihat dari intensitas dan isinya. Besar atau kecilnya ya relatif ya.
Yang penting acar semacam ini harus diwujudkan menjadi peringatan, dalam
arti pengingat atau reminder untuk kita semua bahwa kita jangan berhenti
di sini saja. Perjuangan belum selesai. Saya mengharapkan agar acara ini
bisa menjadi perintis gerakan moral untuk Indonesia Baru.
Erwin :
Tragedi 12 Mei ’98 adalh peristiwa paling penting yang tidak bisa
dilupakan. Adanya peringatan ini hanyalah media saja. Tentang pendapat
orang ya, pasti ya akan ada yang berpandangan begitu (bahwa ini perayaan
bukan peringatan). Untuk itu harus ada effort agar penyelenggaraan acara
peringatan TDM ini tidak berkesan demikian.
A-Net :
Untuk Erwin, sebagai mahasiswa UI, apakah ada di UI peringatan ttt untuk
mengenai peristiwa yang menimpa Arief Rahman Hakim?
Erwin :
Tidak ada. Yang ada hanya masjid Arif Rahman Hakim yang sekaligus
sebagai bangunan monumental di kompleks UI.
A-Net :
Apakah Erwin sebagai mahasiswa angkatan’81 bisa merasakan keterkaitan
dengan peristiwa Arif Rahman Hakim?
Erwin :
Terus terang saja tidak. Karena jarak antara terjadinya penembakan Arif
Rahman Hakim dengan masuknya saya di UI kan sudah jauh, jadinya saya
hanya sekedar tahu saja, tidak ikut merasakan. Sama seperti anda-anda di
sini. Saya rasa, anda dalam menyelenggarakan acar Peringatan 2 Tahun
Tragedi 12 Mei ini pasti merasakan sekali esensinya dan keterkaitannya
dengan anda. Karena mereka adalah teman-teman anda sendiri, dan mungkin
sebagian dari anda mengikuti jalnnya kejaian tersebut. Untuk
mahasiswa-mahasiswa angkatan mendatang mungkin hanya tahu tentang
tragedy ini saja. Dan berkaitan dengan acara ini pada saat sekarang dan
tahun-tahun berikutnya sebagai sebuah peringatan, adalah bagaiman
caranya agar ada kesinambungan dari tahun ketahun supaya esensi dari
Peringatan Tragedi 12 Mei ’98 tersebut tetap bisa diresakan oleh
mahsiswa-mahasoswa angkatan mendatang.
A-Net :
Lagu apa saja yang akan dibawakan nanti dan bagaimana keterkaitannya
dengan acara ini?
Chrisye :
"Lilin-Lilin Kecil", "Ketika Tangan dan Kaki Berbicara"
dan "Badai Pasti Berlalu". Ketiga lagu tersebut sangat erat
kaitannya dengan acara peringatan ini.
A-Net :
Ketika Chrisye mengadakan konser Badai Pasti Berlalu beberapa bulan yang
lalu, di sana Chrisye kan mengatakan bahwa Lilin-lin Kecil akan
dipersembahkan untuk keempat kawan, korban Tragedi 12 Mei, sedangkan
sepertinya lagu Lilin-Lin Kecil lebih cocok bila ditujukan untuk
anak-anak kecil sebagai generasi penerus bangsa. Bagaiman menurut
Chrisye?
Chrisye :
Memang pada awalnya konteks lagu Lilin-Lilin Kecil lebih cocok
dihubungkan dengan kehadiran anak-anak kecil sebagai generasi penerus
bangsa seperti contohnya saya menunjukkan hal tersebut ketika konser
tahun’94(Chrisye mengajak anak-anaknya pada konser untuk berperan
sebagai lilin-lilin kecil mewakili anak-anak seluruh bangsa….Red).
Tetapi ketika tragedy 12 Mei ’98 terjadi kok esensi lagu ini juga
terasa pas dengan peristiwa tersebut, dengan harapan bahwa keempat
korban tragedy tersebut bisa menjadi lilin-lilin kecil sebagai penerang/
pemberi semangat perjuangan untuk mencapai Indonesia Baru.
A-Net :
Bagaimana dengan kedua lagu lainnya?
Chrisye :
Lagu "Badai Pasti Berlalu" pada awalnya merupakan semacam
soundtrack dari film"Badai Pasti Berlalu" di tahun 1977. Tema
film ini sendiri adalah percintaan. Tapi bila kita melihat lagu dari isi
lirik yang ada, sebenarnya bukan hanya berkenaan dengan percintaan.
Justru apa yang sedang melanda negara kita dan bangsa kita sekarang ini
yang kita pandang sebagai "badai" yang kita harapkan segera
berlalu.
Erwin :
Walaupun berbeda konsep dengan lagu Badai Pasti Berlalu soundtrack dari
film Teguh Karya tapi kita bisa melihat bahwa lagu ini bisa mewakili
keadaan yang menimpa Indonesia pada saat ini yang jelas diharapka cepat
berlalu.
A-Net :
Apakah menurut Chrisye dan Erwin "Badai"-nya telah berlalu?
Atau mungkin agak mereda?
Chrisye :
Belum, sama sekali belum. Tragedi 12 Mei ini adalah baru merupakan ujung
tombak dari perubahan Indonesia, perubahan zaman di Indonesia.
Erwin :
Sama sekali belum berlalu. Untuk itu kita memperjuangkannya dan dalam
memperjuangkannya itulah kita memerlukan itikad baik dari semua pihak
untuk memyelesaikannya secara tuntas. Kita harus menyatukan visi,
mudah-mudahan penampilan kita malam ini bisa membantu untuk menyatukan
visi.
A-Net :
Kembali pada adanya kesan orang yang berpendapat bahwa acara ini seperti
suatu perayaan dengan hadirnya Chrisye dan Erwin, bagaiman tanggapan
Chrisye dan Erwin?
Chrisye :
Kita dan teman-teman hadir di sini kan untuk mendukung peringatan dan
memberi semangat untuk terus berjuang. Kita juga hadir karena diundang
oleh Bpk………(Dekan FH UsaktI--Red). Mestinya orang sudah bisa
menilai acara ini dilihat dari lagu-lagu yang akan kita bawakan. Terus
terang saja kalau ada orang yang datang ke sini(ke kampus A Usakti
Grogol --Red) hanya untuk melihat penampilan kita ya sangat kita
sayangkan ya. Soalnya kita hadir karena kita peduli.
Erwin :
Hadirnya kita kan hanya merupakan bagian dari keseluruhan acara atau
kegiatan yang saya rasakan perlu diadakan secara intens atau
terus-menerus untuk mengingatkan bahwa tragedy 12 Mei ’98 adalah
peristiwa penting yang tidak bisa begitu saja dilupakan. Rasa peduli
kita juga otomatis juga bisa dilihat dari 3 lagu yang akan dibawakan kok.
A-Net :
Bagaiman kalau orang-orang meminta lagu-lagu tambahan?
Chrisye :
Maaf ya bukannya kita tidak mau, tapi kalu kita nyanyikan lagu yang lain
pasti akan menjadikan penampilan kita tidak klop dengan konteks acara
ini. Jadinya maaf ya, kita tidak bisa.
Erwin :
Ya kita tidak bisa melenceng dari tema acara karena acara peringatan
macam ini cukup sensitif ya. Maaf ya, saya pikir kita tidak bisa
menampilkan lagu lain.