KOMPAS - Minggu, 4 Mei 01997 Seni Rupa Berjalan-jalan DI London, Inggris, orang-orang di jalanan senantiasa menyaksikan pemandangan baru karya-karya seni rupa yang berjalan-jalan. Karya-karya tersebut adalah lukisan-lukisan di tubuh bus, baik yang bertingkat (double decker) atau tak bertingkat (single decker). Bak merak yang memamerkan keelokan tubuhnya, bus-bus itu menyusur rute demi rute. Kehadiran ribuan bus bergambar ini tentulah mewarnai kota London yang setiap harinya ditutup kabut kesibukan, nyaris tidak tembus warna- warni cahaya. Masyarakat di sepanjang trotoar New York, Amerika Serikat, dalam setiap kwartal digembirakan dengan kemunculan baliho- baliho film baru yang meluncur dari halte ke halte. Meluncur, karena baliho-baliho ini menempel di tubub-tubuh bus. Daya indah dan promosi poster yang dirancang desainer poster film, di-terjemahkan di atas lekuk-lekuk tubuh bus hingga kemudian film Evita, The English Patient, Jerry Maguire atau Mars Attack seperti digotong ke mana-mana. Masyarakat New York, selain disuguhi informasi kultural juga dilintasi hiburan visual dari jam ke jam. Lukisan-lukisan iklan di tubuh bus atau full body painting advertising, kini semakin diminati banyak pihak. Pasalnya, di mata penghasil produk, peneraan iklan di tubuh kendaraan umum seperti bus dinilai sangat efektif. Gambar-gambar iklan tidak dicari oleh mata para konsumennya, namun sebaliknya, justru menghampiri pandangan masyarakat di mana saja. Mobilitas bus kota yang tinggi menjanjikan kerapnya perjumpaan mata publik dengan seni rupa promotif itu. Kesadaran efektivitas pro-mosi lewat tubuh bus, mendorong tumbuhnya kreativitas perancang desain iklan di tubuh bus. Tak cuma di kota gemerlap seperti London, New York, Ber-lin atau Paris saja seni rupa bus kota itu muncul, tapi juga di Jakarta. Di kota berpenduduk sekitar sembilan juta manusia ini bus hadir sebagai sarana ang-kutan yang amat vital. Ia bergemuruh melintas-lintas dari Blok M ke Kota, dari Kota ke Kampung Rambutan, dari Pu-logadung ke Lebakbulus, dari Grogol ke Serpong, terus berputar-putar. Bayangkan bila semua bus tersebut diselimuti gambar-gambar indah, betapa hiburan mata tak pernah lepas. Sementara itu sebuah tatanan gambar iklan yang bagus adalah medium untuk meng-asah sensibilitas masyarakat atas dunia seni rupa yang lebih luas. Biasanya dari sensasi-sensasi gambar iklan itulah seseorang akan dibawa menuju ke penikmatan karya seni rupa yang menyimpan dimensi spiritual lebih dalam. Sebagai public art seni rupa di tubuh bus sangat menjanjikan jang-kauan penikmatan yang nyaris tak terbatas. Dibanding dengan kota-kota besar lain di negara maju, gambar- gambar iklan di tubuh bus Jakarta belum jauh berkembang. Meskipun cikal bakal seni rupa di bus ini sudah muncul 40 tahun lalu, ketika Perum PPD mengiklankan Colgate's odol di pundak opletnya. Gambarnya sederhana, seorang wanita muda berbaju encim nampak tersenyum kepada semua orang. Giginya yang putih berkilatan, di sebelahnya gambar odol. Meski belum optimal, kecenderungan bersenirupa iklan di kendaraan umum - biasanya bus - dalam empat tahun terakhir bukan main meningkat. Sebuah data menulis, tahun 1993 total pengeluaran untuk media di luar ruang Rp 35 milyar. Tahun 1994 naik tiga kali lipat menjadi Rp 176 milyar. Tahun lalu terbilang lebih dari Rp 250 milyar. Satu dari media luar ruang itu adalah iklan di tubuh bus yang dianggap sebagai sarana promosi efektif. *** NAMUN masalah yang muncul kemudian bukan soal efektivitas iklan saja, tetapi - ini yang terpenting - sejauh mana pencapaian mutu seni gambar-gambar iklan yang dibuat. Kini di sepanjang jalan raya Jakarta dengan selimut debu dan asap knalpot, berseliweran gambar-gambar di tubuh bus dalam berbagai gaya. Sebagian besar terwujud dalam pencitraan fotografis. Sosok- sosok manusia, benda-benda tak bergerak seperti uang, kartu, sepatu, diwujudkan dengan teknik airbrush. Sebagian lagi muncul dalam gubahan bergaya art deco. Pada sejumlah bus, gambar-gambar terbentuk dalam spirit ilustratif. Sejumlah style gambar iklan masih berusaha mendekati jangkauan selera umum. Bila produk hamburger yang ditawarkan, maka gambar hamburger raksasalah yang dibuat. Bila iklan berkehendak menjual sabun, maka bungkusan sabun yang disodorkan sebagai obyek visual. Suguhan yang "lurus". Memang ada satu-dua yang mencoba untuk membelitkan gagasan lewat metafora-metafora bentuk, menggesek kesan surealistik. Misalnya, sebuah bank mengiklankan usahanya dengan gambar uang yang melesat ke antariksa, memutari planet-planet, menguasai mayapada. Sebuah ide yang me-mikat, meski penyelesaiannya cenderung mengesankan seram ketimbang estetik. Satu produk penganan anak-anak yang berbentuk batang-batang, menganalogikan dirinya lewat gambar kambing yang tubuhnya terulur dan "paaaaanjang". Iklan ini, untuk badan bus yang memang menjulur jauh ke belakang, menemui format yang pas. Hasilnya unik dan menciptakan rasa suka cita bagi pemandangnya. "Memang para pemasang iklan di sini belum terlalu berani menerobos gaya konvensional," tutur Kemal Adhisurya, sarjana seni rupa yang duduk sebagai manajer operasi sebuah perusahaan full body painting bus. Ketidakberanian menerobos itu semakin ditegaskan lewat setiap gambar iklan yang senantiasa mengekspos teks dalam huruf-huruf besar, sehingga akibatnya sangat verbal. Terkesan, pemilik produk takut promosinya tak terbaca. Hal ini bisa dibandingkan dengan sebuah iklan produk garmen di bus Singapura, yang seluruh tubuh bus disulap menjadi ruang dalam lemari baju. Ada pula iklan The Army, penawaran sekolah tembak, bergambar tank dengan moncong meriam siap tembak. Ketika bus tersebut bergerak selayak tank di jalan raya. Apa pun bentuknya, gambar-gambar iklan di bus dewasa ini sudah mewarnai Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Sayangnya, gambar-gambar tersebut hampir tak pernah utuh wujudnya. Grafiti dengan cat semprot, bahkan torehan benda tajam merusak gambar-gambar yang susah-susah dibuat. Pernahkah Anda melihat gigi depan artis Marissa Haque sekoyong-konyong ompong, karena bagian gigi itu dicat hitam oleh tangan vandalis? *** (Agus Dermawan T, pengamat seni rupa) - _________________________________________________________________________ Tabloid-Arsitek ub.net.id send "unsubscribe Tabloid-Arsitek" to majordomo@kopyor.ub.net.id to unsub