BAB IV PEMBAHASAN IV. Pengerjaan Struktur IV. 1. Sub Struktur a. Pondasi Struktur bagian bawah bangunan terdiri dari pondasi dan tanah pendukung pondasi. Pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus dapat menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa, dll. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak mengalami penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi. Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi : -kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain -lain -lantai pecah, retak, bergelombang -penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan. Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal berikut : a. Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal. b. jenis tanah dan daya dukung tanah. c. bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat. d. alat dan tenaga kerja yang tersedia. e. lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan. f. waktu dan biaya pekerjaan. Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation , atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras dan padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/ daya dukung tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara : a. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes) , diketahui contoh-contoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah. b. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang disebut sondir static penetrometer. Ujungnyaberupa conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm2). Pondasi Pada Gedung Kwarnas Proyek gedung kwarnas menggunakan sistem pondasi bored pile .Yang dimaksud dengan sistem ini adalah pengerjaan pondasi diawali pengerjaan pembuatan lobang pondasi dengan bor, kemudian juga dilakukan casing yang berfungsi untuk mengarahkan pengeboran dan mengarahkan penempatan tulangan. Pada sistem pondasi ini gaya-gaya dari upper structure dimbangi oleh gaya pikul tanah (20%) seluas penampang dasar pondasi dan friksi dari dindingnya (80%). Bored pile termasuk kategori pondasi dalam, yang termasuk sub kategori pondasi tiang pancang cor ditempat. keuntungan : a.getaran kecil, tidak gaduh, sehingga lebih cocok untuk digunakan didaerah padat penduduk. b.diameter dapat besar, tiang dapat lebih panjang, dan ketepatan lebih baik. c.letak tanah pendukung pondasi dapat lansung diketahui. d.pondasi bored pile tidak memerlukan kedalaman seperti tiang pancang, misalnya pondasi pada gedung Kwarnas ini hanya memerlukan kedalaman sekitar 10m, karena pondasi ini mengandalkan gaya friksi yang terjadi antara dinding pondasi dengan lapisan tanah (80% gaya friksi). e. hanya menggunakan selongsong besi (casing) sepanjang 2.5 m. kerugian : a.pemeriksaan kualitas tiang hanya dapat dilakukan secara tidak lansung, karena beton terletak dibawah muka air tanah. b.adukan beton bisa bercampur tanah atau lumpur, untuk itu harus ditangani dengan seksama. c.biaya lebih besar. d. lokasi pengerjaan menjadi kotor akibat lumpur dan air yang di angkat dari hasil pemboran. e. pemboran tidak sampai pada tanah keras. cara pelaksanaan pembuatan pondasi : Terlebih dulu tanah digali sesuai dengan rencana gambar. Bangunan gedung Kwarnas ini menggunakan basement (2 lapis, struktural), oleh karena itu penggalian dilakukan sesuai dengan kedalaman basement. Tahap pelaksanaan pondasi adalah sebagai berikut : tahap pembuatan pondasi bangunan tahap ini dilakukan sebelum pembuatan basement. Adapun cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut: -lubang tempat pondasi dibuat dengan cara menggunakan mesin bor sampai kedalaman sekitar 10-20m, tanpa memperhatikan kedalaman lapisan tanah keras, karena daya dukung pondasi terletak pada gaya friksi antara beton dengan lapisan tanah setelah itu pipa baja sesuai ukuran mesin bor (casing) dipasang sekaligus berfungsi sebagai pengarah pada saat penulangan dan pengeboran. Casing dipasang tidak sampai pada cut off level, tetapi hanya sampai elevasi -6,30 m baja tulangan dimasukkan sampai kedalaman pondasi -kemudian dimasukkan beton cor dengan cara 'tremi' , yaitu suatu sistem pengecoran pada dasar pondasi dimana pada saat penyemprotan cor beton, kotoran akan sekaligus terdorong keatas. Volume pengecoran dilebihkan sekitar 15 % agar dapat mengisi dinding-dinding lapisan tanah (meningkatkan friksi) sampai sebatas casin - ketika pengecoran berlangsung secara bersamaan casing diangkat perlahan - lahan mengikuti volume coran yang diisikan hingga pengecoran selesai, casing diangkat kembali tahap pertama penggalian tanah -perataan tanah existing sampai pada elevasi - 250 m -pembuatan soldier pile dengan panjang 15 m yang berfungsi sebagai penahan gerakan tanah, yang dipasang mengelilingi denah pondasi yang direncanakan. Soldier pile ini dapat dikategorikan sebagai retaining wall. Selain itu soldier pile pada bangunan ini difungsikan juga sebagi penahan desakan air, oleh karena itu diantara pemasangan soldier pile dipasang pula secara overlapping bahan yang disebut bentonite , dimana bahan ini bila terkena air akan mengembang sampai 50 kali dari volume aslinya yang berbentuk gel. Untuk mencegah pembesaran volume sampai 50 kali tersebut maka bentonite dicampur dengan semen. Cara pembuatannya yaitu pertama-tama dilakukan pemboran lubang bagi bentonite, kemudian dilakukan pengecoran bentonite (dengan tremi), setelah itu baru dilakukan pemboran lubang bagi soldier pile. penggalian tanah untuk keperluan perimeter beam yang berfungsi sebagai titik pengukuran kedalaman penggalian (standar elevasi lantai dasar) penggalian terbuka sampai elevasi -7,45 m dengan kemiringan galian 45 derajat tahap kedua penggalian tanah - Use pile additional bored pile adalah pondasi yang berfungsi sebagai penahan strut miring, setelah penggalian selesai fungsinya hanya sebagai pemadat tanah saja (tidak struktural) - penggalian pada cut off level pada pondasi bored pile - pembuatan pile cap additional bored dan pemasangan strut miring - strut miring dapat dilepas setelah perimeter beam pada basement terpasang dan lantai basement 1 selesai. b.Basement Kondisi II - pembuatan basement 1 lantai selesai - pembuatan basement 2 lantai selesai, dinding basement 1 dan 2 berfungsi sebagai retaining wall (dinding penahan beban) Fungsi tie beam pada pondasi 1. Tie beam merupakan balok pengikat antar pile cap 2. meratakan gaya beban bangunan 3. berfungsi sebagai balok penahan gaya reaksi tanah 4. bila ada penurunan pada bagian bangunan, maka penurunan akan sama. 5. peningkatan kekakuan antar pur Pemisahan system struktur Pada gedung Kwarnas ini massa bangunan terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian tower dan auditorium, dimana pembebanan antara kedua massa tersebut berbeda. Pada umumnya untuk mengatasi masalah perbedaan beban ini digunakan delatasi. Akan tetapi pada gedung Kwarnas ini tidak digunakan delatasi antara tower dan auditoriumnya. Alternatif yang dipilih adalah dengan membedakan jumlah pondasi dan perbedaan dimensi bored pile antara substruktur kedua massa bangunan, dimana pada tower menggunakan bored pile berdiameter 120 cm dan pada auditorium menggunakan diameter 60. Dengan perbedaan ini diperhitungkan penurunan yang terjadi akan sama. IV.2. Upper Structure IV.2.1. Konstruksi Horisontal Floor System : Pemilihan dari sistem lantai adalah sistem plat lantai beton bertulang. Pemilihan ini didasarkan pada : - tipe dan besarnya beban yang ada - ukuran dan proporsi pada tumpuan struktur - ketebalan konstruksi plat lantai yang diinginkan Dari hal diatas, maka ditentukan sistem konstruksi lantai 2 arah, penyaluran gaya ke 2 arah atau lebih. Semua unsur lantai bekerja sama dalam menopang beban, rumus ketebalan lantai t = 1/20 bentang, mempunyai kekakuan 2 arah, jadi tidak perlu ditumpu keempat sisinya. keuntungan sistem konstruksi lantai 2 arah : - dapat lebih baik meredam suara - meredam getaran - meredam panas dan kelembaban dengan lebih baik - ketebalan lantai menjadi lebih tipis kerugiannya : - ada bahaya 'pons' , maka kolom harus dapat diletakkan pada rusuknya pada lapisan lantai Cara mengatasi pons/punching shear pada bangunan ini adalah dengan mempertebal semua petak yang tertumpu kolom Cara lain untuk mengatasi masalah pons yaitu dengan kolom diletakkan pada rusuk lantai . balok Balok bersama dengan plat lantai merupakan struktur yang berfungsi menahan gaya-gaya horisontal. Juga merupakan elemen struktural dari suatu bangunan yang biasa digunakan dengan pola berulang. Fungsi utama balok adalah membentuk bidang kaku horisontal. Bidang ini memperkokoh dan bergabung dengan struktur bangunan vertikal sehingga memungkinkan bangunan untuk bertindak terhadap gaya-gaya sebagai suatu unit tertutup. Pada gedung Kwarnas ini sistem struktur yang digunakan adalah struktur rangka kaku, maka terdapat suatu hubungan yang kaku antara balok dengan kolom. Bahan yang digunakan untuk balok adalah beton bertulang (reinforced concrete) IV.2.2. Konstruksi Vertikal elemen tekan : kolom Kolom adalah merupakan elemen vertikal yang sangat banyak digunakan. Kolom tidak selalu harus berarah vertikal , meskipun suatu elemen struktur bisa berarah miring, asalkan bisa memenuhi definisi kolom, yaitu beban aksial hanya diberikan diujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal. Dengan demikian kolom tidak mengalami lentur secara lansung ( tidak ada beban tegak lurus terhadap sumbunya ). jenis kolom pada bangunan Kwarnas 1. kolom pada auditorium Kolom pada auditorium menggunakan kolom miring dengan berbentuk Y pada bagian tepi bangunan. Alasan digunakan struktur Y pada auditorium ini adalah untuk mendapatkan bentang lebar sesuai dengan fumgsi sebagai teater. Dari segi estetika, dimana perancang bangunan ingin menimbulkan analogi bentuk buah tunas kelapa. 2.Kolom pada tower Struktur kolom pada bangunan ini menurut dimensinya dibagi tiga tipe dimensi kolom berdasarkan besar beban yang dipikul. Tiap - tiap tipe dimensi kolom berukuran dan berbentuk sama dari lantai dasar sampai lantai 17 ( tidak ada pengecilan dimensi kolom), namun dalam tulangannya berbeda pada tiap lantai menurut beban yang dipikulnya. 3. Shearwall Shearwall pada bangunan tower berupa dinding core yang berfungsi sebagai penahan gaya geser yang terjadi. Pada tiap lantai berbeda pada penulangannya menurut beban yang diterimanya, makin keatas beban semakin kecil sehingga jarak antara tulangan besi semakin renggang ( lihat gambar ) Penyaluran gaya pada shearwall Gaya - gaya dari pembebanan mati, berat balok sendiri dan plat lantai pada tiap lantai disalurkan ke shearwall yang terletak pada tengah bangunan ( lihat gambar ). Roof System Roof system pada bangunan ini terdiri dari roof system auditorim dan roof system tower. a. Roof System Auditorium Auditorium membutuhkan bentang lebar maka dipilih struktur rangka atap baja ( steel joist roof system ). Pola dasar segi tiga pada rangka atap baja sama bentuk dan komposisinya. b. Roof System Tower Rangka atap menggunakan rangka baja dengan bentuk dan susunan pada roof system sederhana bangunan rumah tinggal, yaitu bentuk limasan dengan penutup atap kriplok. IV.2.3 .Utilitas Bangunan 1.System Core System utilitas pada bangunan ini menutut suatu ruang (shaft) penempatan pipa - pipa utilitas untuk air bersih, pemadam kebakaran, saluran air kotor, saluran kotoran padat, lalulintas vertikal, dan listrik. Semua itu ditempatkan pada core. 2. Sewage Treatment Sewage treatment merupakan system pengolahan air pembuangan dan kotoran dari bangunan, sewage treatment ini terletak di belakang bangunan dekat dengan power house. Air bersih sebagai hasil dari pengolahan sewage treatment yang berasal dari air kotoran tadi dipergunakan untuk kebutuhan air pada cooling tower ( lihat gambar ). 3.Distribusi Air Pada bangunan, distribusi air melalui pipa-pipa dengan pompa air bertekanan tinggi, karena air selalu bergerak dalam satu arah pada suatu system maka harus dipisahkan antara system pemanfaatan air yang berbeda, system yang digunakan pada bangunan Kwarnas adalah system distribusi air secara downfeed, tanpa adanya zona pada tower dianggap pompa mampu memompa sampai reservoir atas, kemudian didistribusikan secara grafitasi. - system distribusi air bersih ( lihat gambar ) - system pembuangan air kotor ( lihat gambar ). -. system pembuangan kotoran padat dengan memakai venting berupa saluran penghawaan yang berada pada lantai toilet. Bagan distribusi air bersih 4. Trasportasi vertikal 4.1. Tangga Tangga terdiri dari : - tangga darurat pada tower yang sekaligus berfungsi sebagai tangga kebakaran, semua pintu tangga hanya terbuka satu arah yaitu kearah dalam, kecuali di lantai dasar pintu terbuka keluar dan langsung ke luar bangunan. - tangga pada lobby ( tower ) dan tangga pada auditorium merupakan pelayanan sirkulasi untuk umum. III.4.2. Lift Terdapat pada core terdiri dari : - 4 lift penumpang - 1 lift service ( lift maintenance ) Pada perencanaan gedung, lift pada tiap lantai dibuat pintu, akan tetapi dalam pelaksanaannya akan dibuat zona pelayanan lift. Pembagian zona berdasarkan kap[asitas lift dan seberapa besar frekwensi arus sirkulasi pada bangunan tersebut. Apabila terjadi kebakaran semua lift akan turun secara otomatis menuju lantai dasar. Tapi apabila listrik mati, secara otomatis lift akan menuju lantai yang terdekat lalu terbuka. 5. Tata Udara ( Air Conditioning) Pada bangunan ini digunakan All Water System dengan cooling tower pada roof yang terdiri dari dua wing kanan dan kiri yang masing - masing berjumlah tiga cooling tower ( chiller ) AHU terdapat pada tiap - tiap lantai yang penempatannya terdapat pada core yang berfungsi sebagai distribusi AC ke masing - masing ruang melalui ducting. 6. Instalasi Listrik Instalasi listrik bersumber dari PLN dan sebagai cadangan sumber listrik digunakan Genset yang terdapat pada Power House di luar bangunan. 7. Penangkal Petir Menggunakan system Faraday berupa jaring - jaring kabel yang menghubungkan 4 titik tiang pada sudut atap bagunan di hubungkan dengan pengantar pada dinding atau di dalam bangunan sebagai penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja galvanis atau aluminium. 8. System Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Alat pemadaman berupa : - Springkler pada tiap lantai, penyemprotan air terjadi apabila suhu mencapai 60 derajat celcius. - Smoke detector / alat deteksi asap - Flame Detector / alat deteksi nyala api dengan cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api. - Hydran terdapat pada core yang berjumlah dua pada tiap lantai. - Gas halon ( pemadam portable ). - Pemadam powder ( Dry Chemical ), bahan pemadam berupa serbuk kimia kering, menyemprot secara otomatis pada suhu 72 derajat Celsius. 9. System Telekomunikasi Berupa jaringan telfon dengan panel pembagi ( PABX). Parabola sebagai alat komunikasi satelit yang diletakkan di atas atap core seberat 20 ton. 10. Sound System Pada Auditorium dilengkapi dengan sound system yang memadai untuk keperluan teater. Untuk menunjang dari efek yang ditimbulkan oleh sound system tersebut maka digunakan bahan - bahan acoustic pada plafon berupa grasswall dan aluminium foil. Pada tower tiap lantai dilengkapi loudspeaker yang bersumber dari tempat kontrol. IV.4.Estetika Bangunan IV.4.1. Bentuk Bangunan Bentuk bangunan Kwarnas ini berbentuk geometris yang sederhana balok persegi empat pada towernya. Adanya keterpaduan antara bangunan auditorium dan tower yang dapat dilihat dari unsur bentuk kolom miring ( Y ) pada auditorium yang dipadukan pada bentuk kolom miring pada bagian atas tower ( lihat gambar ), dapat dilihat juga pada bentuk atap yang mempunyai kesesuaian bentuk atap antara auditorium dan tower yaitu berbentuk limas ( lihat gambar ). Adanya keseimbangan simetris yang tampak pada muka bangunan secara visual. Proporsi bangunan dapat dilihat dari jarak kolom yang sama pada tower, lebar dan tinggi antara auditorium dan tower adanya perbandingan ketinggian satu berbanding tiga ( tower : auditorium ). IV.4.2. Ekspresi Bangunan Bangunan Kwarnas mengekspresikan dan lambang Pramuka berupa tunas kelapa. Dasar filosofinya mengambil suatu analogi bahwa Auditorium dianalogikan sebagai buah kelapanya dan towernya sebagai tunasnya. Ekspresi struktur tampak pada struktur "Y" yang melawan gravitasi. Bentuk "X" pada tower merupakan unsur estetis bangunan bukan unsur struktural yang mengekspresikan suatu ikatan yang kuat dan seimbang. Dilihat dari warna exterior bangunan dapat dipastikan mengadopsi dari alam yaitu coklat, putih yang juga merupakan warna dari Pramuka. Gaya bangunan merupakan gaya bangunan modern dan memakai bahan bahan modern untuk strukturnya dan finishingnya yang menggunakan penutup kaca dan menonjolkan kolom - kolomnya serta dipadu unsur tradisional yang dapat dilihat pada bentuk atap dan bahan penutup atap auditorium memakai bahan tradisional yaitu Bermis berupa campuran asbes dan serat kayu. IV.5 .Permasalahan Yang Timbul Selama pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Kwartir Nasional Gerakan Pramuka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dibagi menjadi 2 jenis permasalhan umum yaitu : 1. Permasalahan yang menyangkut bidang administrasi dan 2. Permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan fisik bangunan. IV.5.1. Masalah Administrasi Pada pelaksanaan anggaran biaya yang diperuntukkan untuk proyek Gedung Kwartir Nasional Gerakan Pramuka didapat adanya kenaikan biaya proyek yang disebabkan adanya kenaikan biaya bahan (kenaikan harga semen dipasaran dan faktor kelangkaannya). Hal ini merambat pada bertambahnya dana pinjaman yang terjadi karena penyandang dana proyek tidak hanya harus melunasi beban pinjaman yang bertambah tiap bulannya tetapi juga beban bunga yang ikut membebaninya.Dan akibat dari perpanjangan proses pembangunan adalah tingginya biaya pelaksanaan pembangunan (semakin lama proyek berjalan, semakin banyak cost yang ditanggung untuk membiayai pekerja-pekerja dan alatnya). Keterlambatan dalam bidang administrasi ini bukan hanya disebabkan oleh masalah pasar yang mempengaruhi hal-hal lainnya tetapi juga didapat adanya faktor lain yang menyebabkan keterlambatan ini. Adanya koordinasi yang kurang menyeluruh dari pihak Manajemen Konstruksi dalam hal ini adalah Tripanoto Sri yang menyadari banyaknya jumlah subkontraktor-subkontraktor yang ikut melaksanakan pembangunan yang mempunyai jadwal kerja yang saling mempengaruhi (subkontraktor yang sedang melakukan suatu pekerjaan, cepat lambatnya mempengaruhi terhadap subkontraktor yang melakukan penyempurnaan dari pekerjaan sebelumnya walaupun jadwal pekerjaan telah terjadi over laping.(subkontraktor yang melakukan pekerjaan plafon harus menunggu subkontraktor yang melakukan pekerjaan ducting , dan jika penanganan pekerjaan ducting terlambat maka penanganan pekerjaan plafonpun terlambat juga) IV.5.2. Masalah Pelaksanaan Fisik Pada pelaksanaan fisik bangunan terjadi kemunduran dari jadwal acara time scedule yang telah disepakati, hal ini dikarenakan : * Curah hujan yang datang pada saat pelaksanaan pengecoran beton, baik itu pada saat melakukan pekerjaan persiapan yang meliputi pekerjaan pondasi maupun basement maupun pada saat pengecoran lantai gedung . * Adanya perbaikan-perbaikan yang tidak terduga (misalnya perhitungan ulang pada balok silang GRC dimana ditemukan adanya pergeseran titik persilangan pada salah satu crossing pada balok silang )dan juga adanya permintahan tambahan yang datang dari owner BAB V. Kesimpulan Dan Saran V.1. Kesimpulan Dari hasil pengamatan selama menjalani kerja praktek dan membuat laporan kerja praktek ini, kami mencoba mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : - Penggunaan Multiplex Film sangat menguntungkan, karena dapat digunakan berulang kali dan juga menghasilkan permukaan beton yang halus dan rata. - Untuk pengecoran dengan volume yang cukup besar, seperti dalam proyek ini digunakan pompa beton, agar beton yang dicor dapat lebih banyak dan dalam waktu relatif singkat. - Untuk pengecoran dengan volume yang kecil digunakan bucket beton karena lebih praktis pelaksanaannya. - Untuk mengontrol prestasi pekerjaan, maka dipakai Bar Chart dan kurva S sebagai acuan agar pekerjaan diselesaikan tepat pada waktunya. - Dalam pelaksanaan suau proyek diperlukan adanya keharmonisan dan keselarasan hubungan kerja yang baik diantara seluruh staff proyek yang terlibat didalamnya. - Dalam proses pelaksanaan kerja harus diusahakan agar dapat dicapai sasaran sesuai dengan rencana, baik mutu, teknis maupun waktu pelaksanaan. - Untuk tercapainya hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan rencana maka dilakukan pengawasan di lapangan secermat mungkin. V.2. Saran : Selain kesimpulan diatas, kami juga mempunyai beberapa saran yang mudah-mudahan dapat memberikan sedikit manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya : - Untuk menjaga bentuk beton agar permukaannya tetap baik maka hendaknya Multiplex yang sudah agak rusak tidak dipakai lagi. - Agar pelaksana Kerja Praketek dapat belajar secara optimum, dan sebaiknya pada saat Kerja Praktek mereka aktif bertanya dan mencari informasi kepada semua tenaga ahli yang ada. - Disarankan agar pelaksana Kerja Praktek berusaha meminta kesempatan untuk turut serta dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang ada sehingga semua pengetahuan yang didapat di bangku kuliah dapat dibandingkan dengan kenyataan yang ada. LAPORAN KERJA PRAKTEK II GEDUNG KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA