Arsitektur Indonesia - No. 21 Edisi Juli - September 1996 INFORMASI ARSITEKTUR Perkembangan Kota Di Asia Abad 21 Menghadapi Kongres Asitek se-Asia ke-7, ARCASIA - September 1996 dan Munas IAI - November 1996 Perkembangan ekonomi dunia telah bergeser secara perlahan dari abad 18 dan 19 dimana negara-negara Eropa berkembang dengan revolusi industrinya. Kemudian pada abad 20, Amerika Serikat muncul sebagai negara adi kuasa yang lebih diperkuat setelah Rusia mengalami perubahan menjadi kumpulan negara-negara kecil. Ternyata bola dunia tetap berputar, menjelang akhir abad 21, Amerika mengalami resesi dan secara alami Asia muncul memegang peranan dalam perkembangan ekonomi dunia. Hal ini diperkuat setelah Jepang tumbuh menjadi negara industri yang tak terkalahkan di seluruh dunia. Produk Jepang dapat ditemui di Eropa, Amerika, dan Asia. Bahkan perusahaan besar di negara barat banyak yang diakuisisi oleh pengusaha Jepang. Resesi yang terjadi berkepanjangan di dunia barat mengakibatkan banyak industri yanng kesulitan menjual produknya, sehingga mereka berusahauntuk merebut pasar di negara lain. Dengan segala alasan politik ekonomi, dunia harus merubah sistem perdagangannya dengan cara menghilangkan proteksi, tarif, dan lain-lain yang dapat menghambat masuknya produk dari suatu negara ke negara lainnya. Namun dalam kawasan-kawasan tertentu mereka membuat kelompok perdagangan bebas sendiri seperti NAFTA, UE, AFTA, dan lain-lain. Dalam abad 21 ini dunia akan berkembang menjadi satu pasar dunia yang tanpa batas, tanpa proteksi walaupunhal itu akan berlaku secara bertahap sesuai kemajuan dan kemampuan negaranya masing-masing. Era industri telah berubah menjadi era komunikasi dan informasi. Teknologi informasi telah membuat dunia menjadi sebesar keyboard, melalui jaringan "Internet" informasi bisa dikirim dan diterima dimana saja tanpa batas politik suatu negara. Pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja sampai mengadakan negosiasi dagang dapat dilakukan dengan jarak jauh. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selam akhir abad 20 ini berada di wilayah Asia dengan tingkat pertumbuhan di atas 6%, sedangkan di negara barat sudah bersyukur jika bisa mencapai 2%, arena ada beberapa yang dibawah 0%. Pertumbuhan Ekonomi Asia Sangat Pesat Perdagangan bebas di kawasan ASEAN akan diberlakukan mulai tahun 2003, industri konstruksi merupakan salah satu item yang termasuk dalam komoditi tersebut. Pertumbuhan ekonomi berhubungan erat dengan meningktanya kebutuhan industri, perkantoran, dan perumahan. Pembangunan fisik termasuk juga seluruh infrastruktur sebagai sarana pendukung kota tumbuh dengan pesat. Laporan tahunan Bank Dunia yang disebut sebagai World Bank Atlas 1996, yang dipublikasikan pada akhir tahun 1995 mengatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Thailand paling tinggi dengan 8,2%, Korea Selatan menduduki tempat kedua dengan laju 7,8%, sedangkan RRC dan Singapura keduanya 6,9%. Indonesia bersama negara Asia lainnya termasuk pesat dengan laju 6% keatas. Apa yang tengah terjadi di Asia sekarang disebut sebagai perkembangan paling penting di dunia. Tak ada lagi lainnya yang mendekati perkembangan itu, yang maknanya amat penting bukan saja bagi bangsa-bangsa Asia tetapi juga bagi seluruh planet. Modernisasi Asia akan membentuk kembali dunia seiring dengan bergeraknya dunia menuju ke- milenium beriktunya. (John Nasibitt, Megatrend Asia - 1995). Bangsa-bangsa di Asia mulai percaya pada dirinya dan tidak mau lagi diajari oleh Barat yang selalu mendengungkan demokrasi, hak-hak asasi manusia, lestarikan hutan, dan lain-lain. Pernyataan ini ditopang dengan prestasi pembangunan ekonomi yang membuat wilayah ini bertambah bobotnya, mendorong orang percaya pada pandangan yang menyebutkan dunia kini telah mengalami de- Westernisasi. Vitalitas, mobilitas, resiko dan kekuasaan, tampaknya kini tengah berpindah dari Barat ke Timur - dari Zona yang lelah ke Zona yang hidup - dengan derap yang mencengangkan. Pasar industri konstruksi bertumbuh begitu besar di kawasan Asia, sehingga banyak produk dan teknologi yang di negara Barat tidak mendapat pasar, beralih ke pasaran Asia. Akibatnya, banyak bahan bangunan dan teknologi yang sebetulnya tidak sesuai dengan iklimdan budaya Asia, berhasil masuk. Sebagian bisa diterima dan sebagian lagi justru menimbulkan masalah enegi, lingkungan, dan budaya. Tingkat kemampuan daya beli masyarakat pun meningkat sangat pesat, sehingga segmen pasar menjadi lebih besar. Hotel bintang lima selalu penuh, gedung perkantoran dan apartmen terus dibangun. Walaupun pasar dikatakan telah jenuh tetapi pembangunan tidak surut. Kawasan industri terus berkembang demikian juga perumahan di sekitarnya. ASEAN sebagai kelompok negara di Asia Tenggara telah berkembang, dalam menuju abad 21 ini anggota ASEAN akan bertambah 3 negara lagi, yaitu Myanmar, Kamboja dan Laos. Perkembangan ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan ekonomi khususnya di wilayah ASEAN, dimana pada tahun 2000-an secara bertahap akan membebaskan tarif barang-barang impor. Indonesia sedang dalam proses perubahan dari negara agraris menjadi negara industri yang dalam waktu singkat juga akan masuk ke era informasi. Perubahan yang sangat cepat ini mengakibatkan timbulnya perbedaan antara kota besar dengan kota kecil di pedesaan. Wilayah geografis yang luas dan jumlah penduduk yang akan mencapai 200 juta jiwa pada tahun 2000-an, merupakan lahan yang sangat empuk bagi pemasaran segala produk teknologi. Pertumbuhan ekonomi dan industri menuntut peningkatan sumber enerji, sarana transportsi, sanitsi, komunikasi dan kelengkapan infrastruktur lainnya. Secara bertahap pemerintah telah mengadakan deregulasi untuk persiapan menghadapi pasar bebas. Perusahaan BUMN dirampingkan dan dirubah menjadi perusahaan "Go-Public" sehingga dapat mengurangi hutang negara. Pihak swasta mendapat kesempatan yang sangat luas untuk turut serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan infrastruktur. Jalan tol yang semula dibangun oleh BUMN Jasa Marga telah dikerjasamakan dengan perusahaan swasta. PLN memberikan kesempatan kepada swasta untuk membangun pembangkit tenaga listrik. Telkom juga mengadakan KSO dengan perusahaan swasta untuk membangun SST. Masih banyak lagi usaha yang harus dipenuhi, karena perbandingan sarana infrastruktur dengan jumlah penduduk Indonesia masih sangat jauh tertinggal. Swastanisasi tidak saja terjadi di Indonesia, bahkan beberapa tahun sebelumnya Singapura, Malaysia dan negara lainnya telah mengadakan swastanisasi lebih awal. Perubahan tersebut mengakibatkan semakin luasnya kesempatan usaha pada sektor swasta yang juga berarti semakin banyak persaingan. Pendanaan untuk proyek infrastruktur yang biasanya diusahakan oleh pemerintah melalui "grant dan soft loan" telah beralih menjadi komersial. Namun tidak semua proyek infrastruktur dapat dibiayai dengan dana komersial, sehingga muncul alternatif lain untuk pendanaan. Investor tidak harus menanam modalnya di negara sendiri, tetapi ia bisa menanam modal di negara lain dengan persyaratan- persyaratan tertentu seperti kestabilan politik suatu negara, jaminan pembelian dari pemerintah, jaminan pasokan bahan baku dan jaminan dari pengelola unti industri tersebut. Berbagai cara pendanaan muncul selain cara konvensional melalui kredit bank antara lain adalah dengan sistem "project finance, trurt fund, go public, obligasi, commercial paper, venture capital", dan lain-lain. Perusahaan pendanaan juga tumbuh begitu pesat karena ada permintaan. KTT ASEAN yang berlangsung di Chiang May telah berakhir dengan keputusan ekonomi sesuai dengan rencana, bahkan lebih dari itu karena dalam pertemuan tersebut disepakati pula untuk tidak akan ada pengembangan senjata nuklir di kawasan ASEAN. Hal ini memperlihatkan kesepakatan anggota ASEAN untuk tidak meniru Eropa di abad 19, dimana setelah mereka makmur kemudian mereka menjadi serakah untuk menguasai negara lain. Negara Maju di Asia Dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6% yang dicapai kawasan Asia Timur dan ASEAN bakal bertaha sampai 2004, menurut Lee Kuan Yew. Investasi asing meningkat pesat di kawasan Asia sebagai lokomotif dunia dengan meninggalkan Eropa dan Amerika. Menteri Senior Singapura itu juga mengatakan setelah Jepang secara berturut-turut akan muncul sebagai negara maju berikutnya yaitu : Taiwan (1998), Korea Selatan (2006), Malaysia (2012), Thailand (2013), Cina (2030) dan Indonesia (2037). Tampaknya Indonesia dan Cina membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan negara tetangganya, hal ini tidak lain karena luas wilayahnya yang besar dan masih banyak gap antara daerah yang maju dengan yang tertinggal. Infrastruktur Sebanyak 28 proyek Mega Infrastruktur akan dibangun di Asia yang akan segera selesai dan beroperasi dari tahun 1996 hingga tahun 2015, dengan total investasi US$228,3 miliar. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya merupakan mega proyek infrastruktur di Indonesia, yaitu: Manggarai Integrated Terminal dengan investasi sebesar US$ 3,2 miliar dan akan beroperasi tahun 2001; Jakarta Mass Rapid Transit (Jakarta Subway) yang akan beroperasi tahun 2015 dengan investasi sebesar US$ 3,1 miliar; dan Tanjung Priok New Container Terminal dengan investasi sebesar US$ 1 miliar, ayng akan beroperasi tahun 1999. Mega proyek infrastruktur yang akan beroperasi dalam dua tahun mendatang adalah New Beijing - Kowlon Rail Road (Cina) dengan investasi US$ 4 miliar. Pada tahn 1997 yang akan selesai adalah Chek Lap Kok Airport (Hongkong) dengan nilai US$20 mliar; New Kansai International Airport (Jepang) dengan nilai US$14 miliar; Tokyo Bay Crossroad (Jepang) sebear US$13 miliar; Seoul Subway Line (Korea) sebesar US$ 1 miliar. Empat proyek lainnya adalah Airport Railway (Hongkong), New International Airport a Sepang (Malaysia), Elevated Railway (Thailand) dan Western Harbour Crossing (Hongkon) dengan investasi masing-masing: US$4,4 milia; US$3,1 miliar; US$1,5 miliar dan US$1 miliar. Mega proyek dengan nilai investasi terbesar adalah Hoshi Kakyo and Bridge Network (Jepang) dengan investasi US$29 miliar. Kota Asia Akibat dari pertumbuhan ini semua sektor di Asia terpacu untuk berkembang. Perkembangan modernisasi Asia merupakan ledakan yang terbesar dalam sejarah dunia saat ini. Majalah The Straits Time melaporkan bahwa pada tahun 2015, Asia akan mempunyai 17 dari 27 mega-cities di dunia. Jakarta adalah salah satu dari 17 mega-city di Asia. Banyak pembangunan "Landmark" akan berada di Asia. Bangunan tertingi di dunia sedang dibangun di Kuala Lumpur. Hal ini merupakan pembangunan pertama sejak tahun 1891 dimana bangunan tertinggi di dunia dibangun di luar Amerika Utara. Menara TV di /shanghai akan merupakan bangunan tertinggi berikutnya yang akan jadi Landmark baru di Asia. Indonesia juga tidak mau kalah dengan rencana untuk membangun menara tertinggi di dunia yang akan dibangun di Kemayoran setelah Shanghai. Masa kini adalah merupakan masa yang sangat menarik untuk terlibat dalam pembangunan kota dan gedung-gedung di Asia. Suatu tantangan bagi para arsitek dan planner untuk menciptakan bangunan-bangunan modern bernuansa Asia pada abad 21. Perubahan-perubahan ini akan terjadi begitu cepat. Eropa membutuhkan perjalanan waktu 200 tahun untuk merubah dari era industri menjadi era informasi. Sedangkan di Asia perubahan tersebut akan berlangsung hanya dalam waktu yang sangat singkat. Suatu tantangan bagi arsitek di Asia, siapkah Arsitek Indonesia menghadapi perputaran yang sangat cepat tersebut. Siapkah pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan yang sangat menakjubkan itu dengan peraturan-peraturan yang bisa berlaku untuk 20 tahun ke depan. Dunia bangunan masih memerlukan ahli-ahli yang berpengalaman dalam mengelola dan memelihara bangunan besar tersebut. Umumnya konsumen tidak mengetahui dan tidak menyadari bahaya yang selalu mengintai di balik gedung-gedung tinggi itu. Kongres Arsitek se-Asia ke-7 akan membahas masalah ini dalam Council Meeting pada tanggal 23-24 September 1996. Masukan Untuk MUNAS IAI Sebentar lagi kita akan melaksanakan MUNAS IAI di Bali, sudah waktunya kita membahas tentang keberadaan arsitek asing di negara kita. Mereka masuk karena dibawa oleh investor, tetapi ada juga yang sengaja ditunjuk oleh "developer Indonesia". Mengapa mereka memakai arsitek asing?? Tidak adakah arsitek kita yang sanggup menyainginya?? Perlu kita akui bahwa pengalaman arsitek kita tidak lebih dari 50 tahun, sedangkan arsitek luar negeri yang mempunyai nama besar umumnya telah bekerja pada perusahaan yang berumur 100 tahunan. Perlu kita akui bahwa kode etik kita tidak mengijinkan arsitek mengiklankan diri dan sangat sedikit sarana yang dapat menonjolkan kelebihan para arsitek kita. Hal ini merupakan kendala bagi kita sendiri untuk bersaing dengan arsitek luar yang berusaha masuk ke negeri ini. ___________________________________________________________________________ IAI-NET hosted by UniINTERNET send "unsubscribe iai" in body-text to majordomo@kopyor.ub.net.id for unsub - _________________________________________________________________________ Tabloid-Arsitek ub.net.id send "unsubscribe Tabloid-Arsitek" to majordomo@kopyor.ub.net.id to unsub