Pendidikan Arsitektur di Bawah Mies van der Rohe MESKI pada beberapa hal direktur baru Bauhaus, Ludwig Mies van der Rohe, masih menggunakan sistem kurikulum yang ditetapkan oleh direktur sebelumnya (Hannes Meyer), sebagian kurikulum lain merupakan rancangannya sendiri. Pengajaran arsitektur di Bauhaus pada era Mies van der Rohe secara jelas dibagi tiga tahap, jelas Magdalena Droste dalam bukunya Bauhaus. Tahap pertama, murid belajar soal dasar-dasar teknik seperti hukum bangunan, statik, pemanas dan ventilasi, studi bahan, matematika, dan fisika. Pada tingkat pertama ini, pelajaran diberikan oleh para insinyur dan guru, yang sebagian berasal dari era Hannes Meyer. Semua pelajaran itu sifatnya wajib. Pada tingkat kedua, arsitek dan perancang kota Ludwig Hilberseimer mengajarkan teori arsitektur (Baulehre). Pelajaran yang kemudian diubah namanya menjadi "seminar apartemen dan perencanaan kota" antara lain mengajarkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, kalau memungkinkan, apartemen hendaknya berorientasi ke timur-barat, sehingga penghuninya bisa menikmati matahari pagi dan petang. Perubahan orientasi ini selanjutnya mengakibatkan dihilangkannya gaya pengembangan blok perumahan kota yang lama, yang di Jerman dikenal dengan nama gaya Zeilenbau. Hingga waktu yang cukup lama "orientasi barat-timur" ini menjadi pegangan bagi para arsitek modern. Kedua, kompleks perumahan yang besar hendaknya mencampurkan antara bangunan tinggi dan bangunan rendah. Meski di masa Bauhaus sebelum era Mies van der Rohe perpaduan semacam ini jarang terlihat, Meyer sebenarnya telah merancang pengembangan permukiman yang isinya campuran antara rumah dengan beberapa lantai dan rumah tinggal terpisah. Ketiga, hendaknya dibuat variasi desain yang beragam untuk bangunan tinggi dan rendah. Misalnya, rumah tinggal terpisah, rumah berbentuk L, rumah terpisah yang berhubungan dengan rumah berteras, dan lain-lain. Bangunan tinggi terdiri dari variasi seperti asrama (yang bisa menampung kebutuhan bujangan), blok flat sewaan, rumah dengan balkon dan tangga darurat. Pendeknya, pelajaran yang diberikan Hilberseimer ketika itu banyak berhubungan dengan soal jumlah penduduk dan kepadatan bangunan, meski ia juga berperhatian terhadap masalah tipe bangunan individual. Tapi yang tak kalah penting dipikirkan adalah soal "rumah tumbuh" yang merupakan jawaban atas kondisi memburuknya perekonomian dan kelangkaan perumahan kala itu di Jerman. Keempat, Hilberseimer juga mengajarkan agar pembangunan permukiman memikirkan dengan seksama soal infrastruktur. Apartemen pekerja, misalnya, hendaknya ditempatkan di dekat pabrik, tetapi masih cukup jauh dari sumber kontaminasi dan polusi. Ini untuk menghindarkan kejadian seperti di Dessau, di mana sebuah daerah kelas pekerja terletak tak jauh dari kawasan pembuangan serbuk arang sisa pembakaran pabrik. Untuk anak-anak, juga harus dipikirkan lokasi sekolahnya. Yang ideal, sekolah tidak jauh dari rumah tempat tinggal anak-anak itu. Apa yang diajarkan Hilberseimer sangat mengacu pada konsep "kota baru". Sebuah kota yang cocok untuk penduduk dan lalu-lalang mereka. Sebuah kota yang setiap aspeknya dipikirkan dengan seksama, sehingga semua persoalan perkotaan pun terpecahkan. Mengajar sendiri Pada tingkat selanjutnya, yaitu semester empat dan selanjutnya, para murid diajar sendiri oleh Ludwig Mies van der Rohe. Gambar denah merupakan sentral utama pelajaran yang diberikan. Maklum, Mies van der Rohe ahli dalam bidang ini. Dan ia pun menuntut hal yang sama dari murid-muridnya. Dia pula yang mengharuskan muridnya belajar membuat drawing tanpa alat bantu sebelum mengikuti pelajaran soal bangunan itu sendiri. Mies van der Rohe juga selalu menekankan pada murid-muridnya agar bisa merancang desain bangunan rendah di daerah permukiman terlebih dulu. Ia percaya, begitu orang bisa mendesain sebuah rumah maka ia akan bisa mendesain apa pun. Dalam desain rumah itu, ia tekankan juga pentingnya transisi antara ruang luar dan ruang dalam dan kaitan antara hubungan sosial dan keinginan menyendiri. Tetapi, bagi bekas muridnya, Mies van der Rohe agak membingungkan. Salah satunya, Kessler, yang pernah menulis tentang gurunya dalam Bauseminar seperti berikut. "Dengan Mies... kami membangun rumah kecil: 50 m2, terdiri dari sebuah ruang keluarga besar, dapur kecil, dan teras depan. Kalau sebelumnya kepada kami selalu ditekankan pentingnya desain fungsional ruangan, kini kami harus memikirkan soal proporsi ruang selain juga faktor praktis... Hanya sedikit orang yang tahu, 90 persen arsitektur adalah soal perhitungan, selebihnya sepuluh persen adalah feeling. Dan Mies paling enggan memperbincangkan soal abstrak seperti ini, karena ia benci pada omong kosong intelektual yang katanya seperti sampar." Mies van der Rohe terkenal amat menuntut muridnya untuk bisa membuat desain yang bagus. Dan pengaruh Mies sangat besar. Banyak sekali muridnya di Bauhaus yang menganut gaya Mies, baik dalam soal pemilihan bahan hingga proporsi ruangan. Mereka tidak hanya menganut segi estetika Mies, tetapi juga disiplin kerjanya. Kemudian, ketika mereka menjadi pengajar, mereka tidak mengajarkan apa teori Mies di Bauhaus, melainkan mengarahkan muridnya pada gaya arsitektur Mies setelah yang bersangkutan pindah ke Amerika Serikat. Beda Mies dan Meyer Perbedaan yang bisa dilihat antara Hannes Meyer dan Mies van der Rohe antara lain adalah soal penggunaan bahasa. Kalau Hannes Meyer secara sederhana menyebut bangunan (Bauen), maka Mies menyebutnya seni bangunan (Baukunst). Di bawah Meyer, murid-murid di Bauhaus mulai dengan belajar soal kebutuhan dasar bangunan. Dengan berpegang pada bukunya, "Pelatihan dalam Bangunan", murid-muridnya belajar merancang, menghitung, dan membuat diagram. Ini berbeda dengan Mies yang lebih menekankan pada keindahan desain. Kalaupun ada spesifikasi, itu pun tidak banyak. Tetapi yang paling berbeda antara dua orang yang pernah menjabat sebagai Direktur Bauhaus ini adalah bagaimana mereka menempatkan teori dan praktek. Mies van der Rohe menghilangkan kekhasan Bauhaus, yaitu menggabungkan teori dan praktek. Padahal gabungan teori dan praktek inilah yang menjulangkan nama Bauhaus sejak pembentukannya tahun 1919. Di mata Droste, sang penulis Bauhaus, orang tidak bisa lagi melihat orientasi sosial dari sekolah yang ternama ini setelah beralihnya kepemimpinan dari Meyer ke tangan Mies van der Rohe. Bagi Mies, arsitektur adalah soal seni. Ia tidak begitu peduli dengan soal ruang, proporsi, dan bahan. (fit) Kompas, Jumat, 12 Januari 1996 dikutip persis pleg, tanpa seijin penulis maupun penerbit