Memadukan arsitektur apartemen & kantor Topik: Konstruksi dan Arsitektur Tanggal: 05 November 1996 Berita Lengkap JAKARTA (Bisnis): Banting setir. Istilah itu mulai ramai dibicarakan pengembang. Maksudnya, semula mereka membangun rumah mewah kini mulai memproduksi rumah menengah bawah. Tujuannya tentu untuk mencari pasar yang lebih empuk. Begitupun bagi pengembang yang lahannya kian menyempit, kini tak lagi membangun rumah horisontal tetapi beralih ke apartemen. Bukan hanya jenis produk yang berubah tetapi juga arsitektur dan strategi pemasaran langsung berbalik 180 derajat. Bagi Thomas Tjandrakusumah, asistant director PT Summarecon Agung,strategi banting setir penting untuk memasarkan produk. "Harus diakui bahwa pasar menengah atas makin lemah, sementara pasar kelas bawah sangat kuat," ujarnya. Tapi, tambahnya, harus diingat bahwa di antara mewah dan kelas bawah ada celah yang belum tergarap maksimal. "Produk itulah yang dibutuhkan konsumen," ujarnya. Berangkat dari pemikiran itu, menurut Thomas, perusahaannya membangun apartemen yang mengincar celah pasar antara bawah dan mewah. "Produknya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan selera konsumen," ujarnya. Pengembang PT Sumarecon Agung, yang sukses memasarkan perumahan dan pertokoan selama ini, pertengahan tahun ini meluncurkan hunian vertikal apartemen Wisma Gading Permai yang terletak di Bulevar Kelapa Gading. 'Perkawinan' arsitektur Menurut Thomas, mengingat produknya relatif sederhana, arsitekturnya pun harus mengikuti bangunan yang tidak terlalu besar. Untuk itu dibutuhkan rancangan interior yang fleksibel. Ng Ku Lai, technical advisor PT Summarecon Agung, mengatakan arsitektur sederhana bagi apartemennya merupakan 'perkawinan' antara Singapura dan Indonesia. "Ada beberapa apartemen di daerah sub urban di Singapura yang seperti ini," ujar warga negara Malaysia yang lama bermukim di Singapura itu. Di sini, tambahnya, kami mencoba menawarkan produk ini dengan gaya arsitektur yang fleksibel. Untuk bagian dalam, misalnya, sengaja dibuat ruang-ruang khusus untuk AC. "Ini penting mengingat cukup menghemat ruangan," ujarnya. Begitu pun, menurut Lai, ruangan untuk menjemur pakaian yang biasanya terabaikan. Banyak sekali apartemen yang membiarkan penghuninya menjemur pakaian di luar jendela. "Anda bisa bayangkan bagaimana pemandangan dari luar," ujarnya sambil tersenyum. Apartemen ini, tambahnya, menyiapkan ruang jemur yang kecil untuk menghemat tempat tetapi cukup efektif. "Kelihatannya sederhana dan spele tapi itu penting mengingat menjemur pakaian adalah kebutuhan rutin setiap hari." Apartemen dengan ukuran kecil, dalam pandangan Lai, tentu harus pandai membagi dan mengatur ruangan. Misalnya untuk ruang tamu yang membutuhkan paling tidak 9 m2. "Di apartemen yang kami bangun, ruangan tamu dibuat di lantai dasar. Ya, semacam lobi di hotel." Selain menghemat tempat, tambahnya, juga menjaga privacy penghuni. "Tamu tak perlu diajak masuk ke kamar. Di apartemen ini disiapkan sedikitnya enam ruang tamu di lantai dasar," ujarnya. Menurut Thomas, apartemen Wisma Gading Permai tiga menara yang mencapai lebih dari 1.000 unit itu, telah terjual 98% dalam tempo tiga bulan. Bulan lalu pengembang itu meluncurkan lagi tiga menara apartemen sebanyak 1.193 unit Apartemen Gading Timur yang berlokasi tidak jauh dari apartemen pertama. Apartemen yang mengincar pasar kelas menengah dan menengah bawah itu, menurut Thomas, dirancang unik baik harga maupun penataan ruangnya. "Meskipun bukan apartemen mewah, namun finishing-nya keramik." Menurut dia, unit-unit ruangnya ditata sedemikian rupa sehingga penghuninya dapat langsung menempati tanpa harus melakukan renovasi besar-besaran. Thomas menjelaskan ada empat tipe apartemennya yaitu tipe 37 M2, 43 M2, 35 M2, sampai 41 M2. Harga jualnya bervariasi antara Rp 50 sampai dengan Rp 70 juta. Tiap menara apartemen dilengkapi dengan tiga lift, genset, dan fasilitas parkir yang luas di tiap basement, lantai dasar, dan tempat parkir khusus. Menurut Thomas, menara A dan B Apartemen Kelapa Gading telah diluncurkan pada September lalu. Menara A terjual 60% dan Menara B sebanyak 30%. "Untuk menjaga lingkungan apartemen agar tetap nyaman, kami hanya membangun 20% dari total luas lahan 1,3 ha," katanya. Sisanya digunakan untuk taman parkir, arena bermain, taman- taman, lahan terbuka lainnya. Apartemen kantor Jika selama ini dikenal istilah ruko alias rumah toko atau rukan [rumah kantor], di Apartemen Gading Timur ada istilah baru untuk apartemen kantor. "Sementara ini di Indonesia belum ada. Jadi agak sulit mengistilahkannya," ujar Lai. Di Singapura, tambahnya, ada beberapa produk seperti ini. Kantor setinggi tiga lantai dengan luas sekitar 25.000 m2 dibangun menyatu dengan apartemen. Memang menurut Lai, ini terobosan baru sehingga kami juga belum tahu bagaimana respon masyarakat. "Namun kami optimistis mengingat lokasi yang ditawarkan strategis dan harga perkantoran ini relatif murah dibandingkan di prime area," ujar Lai. PT Sumarecon Agung menawarkan dua lokasi apartemen di lingkungan hunian itu. "Ini alternatif tepat untuk berhuni pada kawasan yang menguntungkan untuk berniaga dan berinvestasi," ujar Thomas bernada promosi. Kelapa Gading merupakan daerah di Jakarta Utara yang pada mulanya rawa-rawa. Kini telah menjelma menjadi kawasan hunian yang tumbuh pesat. PT Sumarecon Agung, pengembang pertama yang pada tahun 1975 memulai mengembangkan hunian daerah itu di atas lahan 10 ha dengan nama Kelapa Gading Permai. Penduduk setempat menyebutkan daerah itu sebagai "tempat jin buang anak." Setelah melalui perjalanan panjang kawasan kini sebagai hunian prestisius yang kaya dengan fasilitas. Mulai dari pusat perbelanjaan dan grosir, fasilitas pendidikan, pertokoan, fasilitas olahraga, pusat jajan dan makanan, dan sarana komersial lainnya, semua ada. Citra kawasan Kelapa Gading pun kini makin dikenal luas sebagai salah satu daerah elit di Jakarta. Thomas mengaku banyak mengamati dan belajar dari pembangunan apartemen oleh pengembang lain mengingat perusahaanya belum banyak pengalaman dalam membangun apartemen. Untuk itu, tambahnya, dalam soal ketepatan waktu penyelesaian pembangunan kami berupaya untuk tidak melenceng dari komitmen awal. "Kini telah mulai konstruksi pada saat pemasaran dimulai," kata Thomas. Dari 20 bulan masa pembangunan yang dijanjikan kepada konsumen, tambahnya, perusahaannya akan menyelesaikan dua bulan lebih cepat. Wisma Gading Permai ditargetkan selesai pada Desember 1977 untuk menara A dan awal 1998 untuk menara B & C. Sedangkan Apartemen Kelapa Gading direncanakan selesai pada Agustus 1998. Dalam mengelola apartemen setelah dihuni, menurut Lai, perusahaannya telah banyak belajar dari pengembang lain. "Kami juga memiliki ahli-ahli yang akan mengelola apartemen ini selama tahun pertama. Untuk selanjutnya akan diserahkan kepada penghuni setelah mereka mampu mandiri," papar Ng Kui Lai. Apartemen Gading Timur dan Wisma Gading Permai telah memiliki ijin-ijin yang diperlukan dari Pemda setempat. Untuk tahap awal ini Apartemen Gading Timur telah mengantongi ijin Blok Plan No.2305/GSB/JU/III/96 pada 12 Juli 1996. Ijin pendahuluannya 01458/PIMB/PB/U/1996 tertanggal 13 Agustus 1996. Sedangkan sertifikat HGB No.6128, berlaku sampai 27 Maret 2015. Sementara apartemen Wisma Gading Timur telah mengantongi IMB No.68/IP-STR/96 pada 3 September 1996. Untuk blok plannya bernomor 1541/GSB/JU/X/94. "Komitmen kami bukan cuma dalam membangun tepat waktu, tapi juga menjamin keamanan penghuninya melalui kelengkapan perijinan," ujar Thomas. Mengurangi lalu-lintas Pakar arsitektur Suwondo Bismo Soetedjo berpendapat bangunan apartemen kantor pada umumnya bertujuan untuk mengurangi beban transportasi ulang-alik dari hunian ke tempat kerja. Menanggapi apartemen kantor Gading Timur, Suwondo menanyakan terlebih dahulu apa tujuan kehadiran bangunan tersebut. "Kalau memang tujuan pengadaannya untuk mengurangi lalu lintas, ya memang baik," ujar mantan ketua Tim Penasehat Arsitektur Kota (TPAK) DKI itu. Guru besar arsitektur FTUI ini membenarkan di Singapura memang banyak dibangun apartemen kantor. Biasanya pertokoan, dept. store dan pasar swalayan berada di lantai-lantai bawah. Di atas itu terdapat tempat parkir/garasi beberapa lantai. Kantor dan apartemen menempati lantai-lantai atas. Lalu di puncak bangunan terdapat restoran dan fasilitas hiburan seperti night club. Dengan demikian, kata Suwondo, semua kebutuhan karyawan perkantoran yang juga penghuni apartemen terpenuhi dalam satu bangunan multifungsi, tanpa harus membebani lalu lintas di jalan raya. Rahmi Siti Fatimah & Lahyanto Nadie